Hiswana Migas Bantah Ada Migrasi Penggunaan Elpiji

Bojongsari | Depok Terkini

Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kota Depok, Athar Susanto membantah jika telah terjadi migrasi penggunaan gas elpiji 12 kilogram ke elpiji 3 kilogram.

“Belum ada migrasi, dan sampai saat ini kami juga belum menerima laporan itu. Kalaupun ada jumlahnya tak banyak dan tidak juga signifikan,” ujar Athar, Kamis (8/12).

Ia menambahkan, pihaknya sudah mengantisipasi jika terjadi kekurangan pasokan elpiji 3 kilogram. Namun begitu, ia berani menjamin bahwa pasokan elpiji 3 kilogram hingga kini masih amana terkendali.

“Kami akan antisipasi hal tersebut terutama di daerah-daerah yang kekurangan, dan kami siap melakukan operasi pasar. Silahkan laporkan kepada kami di mana titik atu lokasi kekurangannya,” paparnya.

Namun begitu, pihaknya mengakui bahwasanya masih ada beberapa daerah yang jumlah pangkalannya kurang, (hijau). Wilayah yang masih berstatus hijau yakni Limo, Cinere, Cimanggis, Cilodong, Cipayung dan Beji.

Sedangkan untuk wilayah seperti Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Bojongsari dan Tapos dijelaskannya masuk dalam kategori merah atau dengan jumlah pangkalan yang sudah cukup.

“Untuk mengantisipasi kekurangan di zona hijau, solusinya kami akan memecah pangkalan yang memiliki alokasi lebih dari 280 tabung per hari. Kami juga menargetkan jumlah pangkalan akan bertambah sebanyak 100 pangkalan pada tahun ini. Dengan begitu ada sekitar 500 pangkalan yang tersebar di 63 kelurahan pada tahun ini,” terangnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, bahwasanya kuota Kota Depok untuk gas elpiji 3 kilogram sebanyak 1,4 juta tabung per bulan. Jika jumlah tersebut dirasa masih kurang, pihaknya akan menggunakan jatah fakultatif.

“Sampai saat ini harga masih sama belum ada kenaikan yakni di agen Rp 14.500 dan di pangkalan Rp 16.000. Kami meminta peran aktif dari pemerintah kota untuk sama-sama mengawasi harganya agar tetap Rp 16.000,” pungkasnya