UI Tambah Dua Guru Besar

Beji, Depok Terkini

Universitas Indonesia (UI) kembali menambah dua guru besar setelah dikukuhkannya Prof. Dr. Ir. Sunaryo, M.Sc dalam bidang Teknik Perkapalan (FTUI) dan Prof. dr. Meiwita P. Budiharsana, MPA, Ph.D dalam bidang Ilmu Biostatistik dan Kependudukan (Fakultas Kesehatan Masyarakat) Pengukuhan Guru Besar dipimpin Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met di Balai Sidang UI kampus Depok, Rabu (05/09/2018).

Dalam paparannya berjudul "Industri Perkapalan Terintegrasi dengan Pendekatan Pembangunan Kapal Multi Galangan dan Penerapan Metode Modularisasi Konstruksi”. Prof. Sunaryo menjelaskan bahwa industri perkapalan merupakan industri sangat kompleks karena merupakan tempat terjadinya proses perangkaian produk dari berbagai industri seperti bahan baku, komponen, industri penunjang, dan industri jasa.

Ia menyebutkan sejumlah pendekatan inovatif untuk meningkatkan daya saing industri perkapalan nasional dengan Industri Perkapalan Terintegrasi menggunakan Metode Pembangunan Kapal Multi Galangan, dan metode modularisasi konstruksi kapal. Diharapkan dengan pendekatan tersebut mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu pekerjaan, tingkat penggunaan komponen dalam negeri, dan waktu penyelesaian pekerjaan industri perkapalan.

Sementara itu, Prof. Meiwita yang merupakan Guru Besar ke-34 di FKM UI dalam pidato pengukuhan berjudul “Pencegahan : Investasi Terbaik Kesehatan Perempuan” menerangkan bahwa semua investasi upaya kuratif bertujuan untuk mengurangi penderitaan akibat kesakitan/penyakit yang sudah diderita. Namun upaya-upaya pencegahan semakin sering tidak diterapkan dalam program pelayanan kesehatan dasar di Indonesia.

Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan yang dilakukan dapat diimplikasikan kepada para perempuan terutama ibu agar memiliki perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih sadar dan peduli akan kesehatan, sehingga dapat menurunkan tingkat AKI (Angka Kematian Ibu).

Saat ini, keadaan justru terbalik, pemerintah mengharapkan sukses penurunan AKI dari upaya kuratif yang sudah 30 tahun tidak menunjukkan ukuran sukses yang nyata.“Jika segala investasi besar ke upaya pengobatan kuratif selama 30 tahun ini diinvestasikan ke upaya pencegahan dan promotif berkualitas dengan jumlah dana yang sama, saya yakin hasilnya akan berbeda. Bukan hanya penurunan AKI tetapi juga perubahan sikap dan perilaku perempuan.” katanya.

Dia berharap dengan semakin cerdasnya perempuan, dapat memberikan dampak yang lebih permanen pada keluarga dan masyarakat untuk diturunkan ke generasi berikutnya – dimana kesejahteraan dan kesehatan perempuan merupakan cermin (indikator) kesejahteraan negara," tandas Meiwita.(ndi)

Posting Komentar

0 Komentar