Pembangunan Tidak Merata, Tata Ruang Depok Harus Dibenahi

Margonda | Depok Terkini

Tata ruang Kota Depok menurut Pengamat Tata Kota, Emil Dardak harus dibenahi karena terjadi ketimpangan dan pembangunan tidak merata hanya difokuskan di wilayah Margonda saja. Emil menilai sebagai kota, Depok masih belum mampu memenuhi lapangan kerja bagi penduduknya. Pergi gelap pulang gelap, menjadi satu anekdot bagi warga Depok yang rela bekerja jauh ke Jakarta dan berangkat pagi buta."Bahkan ada yang bekerja sebagai OB saja di Jakarta, perjuangan naik commuter line luar biasa dari Depok," ujar Emil dalam sebuah diskusi di Aula Perum Pesona Khayangan , kemarin.

Menurut dia, masalah ketimpangan pembangunan dimana setiap kecamatan seolah berdiri sendiri tidak saling terkoneksi. Margonda, Tapos, Bojongsari, Sawangan, Cinere tidak saling terkoneksi bahkan masyarakatnya lebih mudah langsung ke Jakarta."Timpang terlalu signifikan. Kenyamanan bagi warga kurang, harusnya ada standar pelayanan minimum (SPM) yang representatif," ungkapnya.
Emil mencontohkan semestinya jangan hanya Jalan Margonda yang dibuat delapan lajur sedangkan wilayah lain hanya dua lajur jalan. Masalahnya, kata dia, sebagai kota semestinya pembangunan sama rata."Sawangan Bojongsari katanya mau jadi Margonda 2,  saya agak khawatir dengan istilah ini. Kalau mau dijadikan mirip Sudirman, harusnya ada buswaynya dong. Sawangan itu potensi ruang hijaunya tinggi. Jangan jadi hutan beton harus jadi garda hijau," paparnya.

Akses dan kedisiplinan tata ruang juga harus dipertahankan oleh Pemerintah Kota untuk dipatuhi pengembang. "Real estate tak masalah, tetapi patuhi Koefisien Dasar Bangunan ( KDB ), dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)," tandasnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Depok, Hendrik Tangke Allo mengatakan, harus dicarikan solusi terkait persoalan infrastruktur dan tata ruang Kota Depok."Penataan tata ruang Depok harus lebih baik kedepannya,"tegas Hendrik.

Menurut dia, perkembangan Kota Depok terjadi dalam tiga fase, yaitu dimulai dengan adanya pembangunan Perumnas Depok I dan II disebut fase Depok sebagai kota pemukiman. Kemudian dengan banyaknya Perguruan tinggi dan Universitas di Depok sebagai fase Depok Kota pendidikan, dan selanjutnya pada tahun 2005 bermunculan pusat perbelanjaan dan bisnis seperti mall yang disebut sebagai fase Depok kota niaga."Tiga hal itu sangat berpengaruh besar dalam perkembangan Depok. Namun pembangunan infrastrukturnya tidak dilakukan dengan baik dan matang. Tidak ada perencanaan yang matang,"tandasnya.

Posting Komentar

0 Komentar