Hasyim Muzadi: Indonesia Berpeluang Dorong Perdamaian Konflik Saudi- Iran

Beji | Depok Terkini
Konflik Negara Arab Saudi  dan Iran kian memanas, terlebih pasca dijatuhinya hukuman Ulama Syiah oleh Saudi. Menanggapi hal itu, Dewan Pertimbangan Presiden RI KH. Hasyim Muzadi menilai sangat baik kalau Indonesia ikut berusaha mendorong perdamaian Saudi - Iran. Pasalnya, upaya itu sesuai dengan  preambul UUD  45 perihal ikut menyelenggarakan perdamaian dunia. Namun, lanjutnya, yang lebih pokok adalah perlunya Indonesia mengatur langkah kongkrit guna mengamankan NKRI dari kemungkinan dampak pertikaian itu.

"Sangat baik Indonesia mendorong perdamain dua negara itu (Saudi dan Iran- red). Meski begitu, ya harus mengamankan NKRI sendiri,"ujarnya.

Waspadai Indonesia Jadi "Ring" Pertempuran Dua Kepentingan
Sekjen ICIS ini  menilai   Saudi dan  Iran adalah dua kutub ideologi (Wahaby, Sunny dan syiah ) yang masing-masing  kutub punya pendukung trans nasionalnya. Ia mengungkapkan, sejumlah Negara seperti Sudan, Kuwait, Malaysia dan Brunei Darussalam  misalnya akan segera mendukung Saudi.  Pasalnya,  Negara-negara  tersebut melarang  Syiah di negaranya masing-masing. Sedangkan Iraq, Syria, Libanon dan Yaman utara, kemungkinan akan  mendukung Iran.  Sedangkan di Indonesia, lanjutnya, dua aliran yang menjadi  musuh bebuyutan ini   banyak sekali aktivis dan jaringannya.  Sehingga,  yang  diperlukan bagaimana Indonesia tidak menjadi " ring" pertempuran dua kepentingan ini.
        
Menurutnya,  selama pertentangan ideologi (wahabi-syiah) itu masih dalam kerangka wacana, akibatnya akan terbatas pada pertentangan Psycho Sosial.  Namun,  apabila kemudian bersentuhan dengan politik,
perebutan kekuasaan, apalagi menjadi bagian dari pertentangan global dan campur tangan Negara-negara super power , eskalasinya bisa jadi lain. Dikatakannya,  masalah ideologi visioner Islam itu akan
tenggelam berganti dengan kepentingan politik, hegemoni ekonomi, kepentingan-kepentingan  kawasan dsb. Jadi, lanjutnya.  tidak lagi bisa disebut semata masalah ideologi tetapi memang bermula dari
ideologi .

"Perang terbuka  bisa  terjadi di Indonesia seperti di Iraq dan Syria pada waktunya  kalau kita tidak waspada. Kerapuhan ketahanan Nasional nkita baik intern maupun menghadapi serangan dari luar , pelaksanaan HAM yang melebihi ukuran, liberalisasi politik/ekonomi serta budaya,
kegaduhan sesama pembesar,  tentu melengkapi kerawanan yang bisa terjadi,"paparnya.

    
Mantan Ketua PBNU ini mengungkapkan, Indonesia harus memperkuat ideologi pancasila yang sekarang mulai remang-remang. Penegakan Pancasila tidak cukup dengan  himbauan,  namun harus dengan  sistem
kenegaraan yang menjamin  tegaknya pancasila serta dukungan rakyat. Yaitu:  melalui visi keagamaan yang sinergi dengan pancasila dan dianut mayoritas bangsa Indonesia yakni ahlusunah waljamaah.
Menurutnya, Ahlussunah waljamah  yang selama ini dianut NU dan muhammadiyah dll, telah terbukti dapat  mempersatukan Indonesia sepanjang sejarah.

Untuk itu, NU/Muhamadiyah harus dijaga agar tidak disusupi atau digerogoti ideologi non ahlussuna wal jamaah. Pasalnya, pasti memecahbelah dan pada gilirannya akan merusak NKRI. "Untuk pertikaian Saudi-Iran, yang bisa menyelesaikan adalah Amerika dan Rusia.  Dalam konteks PBB  tentu kita ikut mendorong,   namun selebihnya kita perkuat indonesia,"harapnya.(huma)